Mummy "Altai Princess" setelah 17 tahun Kembali ke Kampung Halaman, Ilmuwan Belum Mampu Menyingkap Mistery Mummy Altai

Setelah melalui proses negosiasi yang panjang, sesosok Mummy yang diberi nama "Altai Princess" atau Putri Altai ini akhirnya kembali ke kampung halamannya, di Altai, sebuah daerah yang berbatasan dengan Mongolia.
Kantor berita Interfax (kantor berita Rusia) mengutip pernyataan humas dari pemerintah lokal yang menyatakan bahwa Mummy Altai Princess ini telah tiba hari kamis minggu lalu (20 September).
"Baru saja mendarat di Gorno-Altaisk, penerbangan normal" ujar sang juru bicara.
Segera setelah mendarat sang mummy wanita berusia muda ini akan segera menjadi penghuni museum didaerah tersebut.
Republik Altai merupakan salah satu wilyah otonomi pemerintahan federal Rusia yang berlokasi didaerah Siberia. Seperti yang diberitakan bahwa telah tercapai kesepakatan antara pemerintah daerah tersebut dengan institut archeology dan etnografy untuk memulangkan mummy beserta sarkofagus dimana mummy tersebut akan disimpan di museum di Novosibirsk.
Hari ini (26 September), Mummy tersebut akan dipamerkan setelah 17 tahun penemuan mummy tersebut oleh tim ahli archeology russia pada tahun 1994 di lokasi penggalian kuburan V yang usia nya diperkirakan sejak abad ke-3 SM. Lokasi kuburan ini berada disebuah plateu yang bernama ukok dijajaran pegunungan Alai. Pada tahun 1998 UNESCO memasukkan Plateu Ukok sebagai wilayah warisan peninggalan kebudayaan dunia.
Mummy gadis muda yang diperkirakan berusia 25 tahun tersebut diteliti di Lenin Mouseleum Laboratory Scientist di Moskow.
Pihak pemerintah setempat dan penduduk lokal berjuang selama 17 tahun agar Mummy yang mereka beri nama Altai Princess tersebut dikembalikan ke daerah mereka, namun para ilmuwan selalu menolak dengan berbagai alasan. Akhirnya menimbulkan konflik dimana pemerintah daerah Altai memberlakukan larangan bagi setiap kegiatan yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam meneliti dan menggali lokasi archeology di selatan pegunungan Altai.
Dilain pihak para ilmuwan selama 17 tahun penelitian mereka, belum sepenuhnya mampu menyingkap mysteri dari Altai Princess ini.
Ahli Archeology dan Etnography Rusia, Vyacheslav Molodin menyatakan bahwa mereka masih belum dapat menyimpulkan mysteri penyebab kematian mummy ini, serta memecahkan makna tatto yang memenuhi tubuh wanita ini.
"Dalam study genetik DNA dari mummy ini memungkinkan kami untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan Pazyryk (kebudyaan yang hidup di Altai abad ke-4 s/d abad ke-3 SM)." ujar Molodin.
Mengenai penyebab kematian Molodin menyatakan "Satu-satunya masalah (dalam penelitian) adalah posisi mummy yang berjongkok, posisi seperti itu saat ia dimasukkan kedalam kuburan, yang membuat kami tidak bisa memperkirakannya dengan menggunakan Tomograph"
Selain itu hal yang membingungkan Molodin adalah semua mummy dari kultur Pazyryk yang mereka teliti mempunyai tatto.
"Metode Penelitian akan terus meningkat setiap tahun, jadi kemungkinan masih ada waktu dimana kita akan mendapatkan data dimana mummy ini akan memberikan informasi baru mengenai kebudayaan dan orang-orang ini.Jadi saya berpikir bahwa penelitian mengenai mummy ini akan terus dilaksanakan bertahun-tahun" tambah Molodin.
Sementara itu Akai Kynyev selaku ketua gerakan untuk kebangkitan kebudayaan Altai "White Faith" meyakini bahwa meyakini bahwa orang Altai memiliki keyakinan mitology pagan mereka sendiri. Ia meyakini bahwa Tatto misterius itu merupakan informasi penting yang tersembunyi bagi umat manusia namun saat ini belum waktunya untuk membacanya.Selain itu Akai meyakini bahwa wanita tersebut adalah pendeta wanita, yang secara sukarela meninggalkan dunia ini untuk dikuburkan sebagai pelindung bumi dari roh-roh jahat.
Buat masyarakat Altai sendiri mereka percaya bahwa mummy itu adalah nenek moyang mereka dan memanggilnya sebagai Putri Kydn yang mereka hormati setiap saat. Pada saat pertamakali mummy ini ditemukan, mereka telah meminta agar mereka yang menyimpan mummy tersebut, namun para ilmuwan menolaknya berdasarkan fakta bahwa republik kecil di Siberia ini tidak memiliki tempat penyimpanan yang layak untuk sebuah temuan arkeologis yang penting.